Mendefinisikan Islam secara Benar

Kerap kali kita melihat orang memperjuangkan Islam dengan definisi yang tidak jelas. Mereka mati- matian memperjuangkan Islam, namun sebetulnya memperjuangkan budaya di mana Islam mewujudkan dirinya, bukan Islamnya itu sendiri. 

Yang sangat kerap terjalin mengatasnamakan Islam buat kepentingannya selaku politikus, pebisnis, serta profesi. Ayat serta hadis diseleksi yang sangat cocok dengan kepentingan mereka. Bila tidak menciptakan, mereka menafsirkan ayat ataupun hadis sangat jauh ataupun mengarang hadis. Sempat terjalin penjual terong cemburu kepada tetangganya penjual madu. 

Madunya laku sebab terdapat hadis Nabi yang kerap dilansir:" Madu dapat mengobati seluruh berbagai penyakit." Dia kemudian meneriakkan hadis palsu:" Terong dapat mengobati bermacam berbagai penyakit." Kesimpulannya, dagangannya laris sebab hadis palsu tersebut Masih banyak umat Islam belum dapat membedakan antara ajaran Islam serta budaya Arab, suatu budaya yang awal kali mengusung ajaran Islam. Jadi the best muslim tidak mesti wajib menyerupakan diri dengan orang Arab, orang Mesir, orang Yaman, ataupun orang Persia. 

Kita dapat senantiasa selaku orang yang berkebudayaan Indonesia dengan bermacam atributnya, namun pada dikala bertepatan jadi the best muslim. Apalagi bisa jadi tidak kalah dengan muslim Arab. Kata Islam tersusun dari huruf sin, lam, mim( salima), suatu pangkal kata yang membentuk kata Salam( damai), Islam( kedamaian), Istislam( pembawa kedamaian), serta Taslim( ketundukan, kepasrahan, serta ketenangan). 

Salam merupakan kedamaian serta kepasrahan dalam penafsiran lebih universal. Islam merupakan kedamaian serta kepasrahan dalam penafsiran yang lebih spesial, mempunyai se- perangkat konsepsi nilai serta norma( value and norm). Istislam merupakan seruan kedamai- an serta kepasrahan yang lebih kilat, tegas, rigid, serta sempurna( perfect). 

Allah SWT berikan nama agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW dengan agama Islam. Bukan agama Salam( kepasrahan tanpa konsep). Bukan pula agama Istislam yang lebih meng- utamakan kecepatan, ketegasan, serta kesempurnaan dalam memperjuangkan kedamaian serta kepasrahan. Kata Islam itu sendiri mengisyaratkan jalur tengah ataupun moderat( tawassuth). 

Di dalam Alquran disebutkan: Inna al- dina inda Allah al- Islam( Sebetulnya agama di sisi Allah cumalah Islam/ QS Ali Imran/ 3: 19), man yabtagi gair al- islam dinan falan yuqbala minhu( Benda siapa mencari agama tidak hanya agama Islam, hingga sekali- kali bukanlah hendak diterima( agama itu) daripadanya/ QS Ali Imran/ 3: 19). 

Perhatikan ayat- ayat tersebut di atas seluruhnya memakai kata al- islam, dengan memakai alif marifah( al), bukan Islam dalam wujud nakirah, bukan pula salam ataupun Istislam. Ini seluruh menampilkan kalau dari segi bahasa saja al- islam( Islam) telah mengisyaratkan jalur tengah, moderat, serta telah benda pasti menolak kekerasan serta keonaran. 

Sepatutnya seseorang muslim( orang yang ber- agama Islam) itu mengedepankan kedamaian, ketundukan, kepasrahan, serta pada kesimpulannya merasakan ketenangan lahir batin. Rasanya kontradiktif bila panji- panji Islam dibawa- bawa buat suatu yang menimbulkan lahirnya kekacauan serta ketidaknyamanan. 

Terlebih bila atas nama Islam digunakan buat melayangkan nyawa- nyawa orang yang tidak berdosa, sangat tidak proporsional dengan kata Islam itu sendiri. Kelompok minoritas liberal muslim memaknai Islam dengan konteks Salam, yang lebih bertabiat inklusif- substantif. Sedangkan kelompok minoritas radikal muslim lebih memaknai Islam dengan konteks Istislam, yang menuntut keseriusan serta semangat progresif di dalam mewujudkan nilai serta norma Islam.

Kelompok mainstream muslim memaknainya selaku Islam, suatu sistem nilai serta norma kemanusiaan yang terbuka serta moderat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

E-Sports: Membuka Era Baru Kompetisi Game yang Profesional

Cara Mengusir Rayap di Rumah bersama dengan Mudah, Gunakan Bahan Ini

Membuat Taman Asri di Rumah : Tips Memilih Tanaman Yang Cocok